ANALISA FILM ( LASKAR PELANGI )
Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata
yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun
2005. Novel ini bercerita
tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah
di Belitung
yang penuh dengan keterbatasan. Mereka adalah:
Ikal aka Andrea Hirata
Lintang; Lintang Samudra Basara bin Syahbani Maulana Basara
Sahara; N.A. Sahara Aulia Fadillah binti K.A. Muslim Ramdhani Fadillah
Mahar; Mahar Ahlan bin Jumadi Ahlan bin Zubair bin Awam
A Kiong (Chau Chin Kiong); Muhammad Jundullah Gufron Nur Zaman
Syahdan; Syahdan Noor Aziz bin Syahari Noor Aziz
Kucai; Mukharam Kucai Khairani
Borek aka Samson
Trapani; Trapani Ihsan Jamari bin Zainuddin Ilham Jamari
Harun; Harun Ardhli Ramadan bin Syamsul Hazana Ramadan
Tokoh-tokoh
Anggota Laskar Pelangi
Anggota Laskar Pelangi
Ikal : Tokoh 'aku' dalam cerita
ini. Ikal yang selalu menjadi peringkat kedua memiliki teman sebangku bernama
Lintang, yang merupakan anak terpintar dalam Laskar Pelangi. Ia berminat pada
sastra, terlihat dari kesehariannya yang senang menulis puisi. Ia menyukai A
Ling, sepupu dari A Kiong, yang ditemuinya pertama kali di sebuah toko
kelontong bernama Toko Sinar Harapan. Pada akhirnya hubungan mereka berdua
terpaksa berakhir oleh jarak akibat kepergian A Ling ke Jakarta untuk menemani
bibinya.
Lintang : Teman sebangku Ikal yang
luar biasa jenius. Ayahnya bekerja sebagai nelayan miskin yang tidak memiliki
perahu dan harus menanggung kehidupan 14 jiwa anggota keluarga. Lintang telah
menunjukkan minat besar untuk bersekolah semenjak hari pertama berada di
sekolah. Ia selalu aktif di dalam kelas dan memiliki cita-cita sebagai ahli
matematika. Sekalipun ia luar biasa pintar, pria kecil berambut merah ikal ini
pernah salah membawa peralatan sekolahnya. Cita-citanya terpaksa ditinggalkan
agar ia dapat bekerja untuk membiayai kebutuhan hidup keluarganya semenjak
ayahnya meninggal.
Sahara : Satu-satunya gadis dalam
anggota Laskar Pelangi. Sahara adalah gadis keras kepala berpendirian kuat yang
sangat patuh kepada agama. Ia adalah gadis yang ramah dan pandai, ia baik
kepada siapa saja kecuali pada A Kiong yang semenjak mereka masuk sekolah sudah
ia basahi dengan air dalam termosnya.
Mahar : Pria tampan bertubuh kurus
ini memiliki bakat dan minat besar pada seni. Pertama kali diketahui ketika
tanpa sengaja Bu Muslimah menunjuknya untuk bernyanyi di depan kelas saat
pelajaran seni suara. Pria yang menyenangi okultisme ini sering dipojokkan
teman-temannya. Ketika dewasa, Mahar sempat menganggur menunggu nasib
menyapanya karena tak bisa ke manapun lantaran ibunya yang sakit-sakitan. Akan
tetapi, nasib baik menyapanya dan ia diajak petinggi untuk membuat dokumentasi
permainan anak tradisional setelah membaca artikel yang ia tulis di sebuah
majalah, dan akhirnya ia berhasil meluncurkan sebuah novel tentang
persahabatan.
A Kiong : Anak Hokian. Keturunan
Tionghoa ini adalah pengikut sejati Mahar sejak kelas satu. Baginya Mahar
adalah suhunya yang agung. Kendatipun pria kecil ini berwajah buruk rupa, ia
memiliki rasa persahabatan yang tinggi dan baik hati, serta suka menolong pada
siapapun kecuali Sahara. Namun, meski mereka selalu bertengkar, ternyata mereka
berdua saling mencintai satu sama lain.
Syahdan : Anak nelayan yang ceria ini
tak pernah menonjol. Kalau ada apa-apa dia pasti yang paling tidak
diperhatikan. Misalnya ketika bermain sandiwara, Syahdan hanya kedapatan jadi
tukang kipas putri dan itupun masih banyak kesalahannya. Syahdan adalah saksi
cinta pertama Ikal, ia dan Ikal bertugas membeli kapur di Toko Sinar Harapan
semenjak Ikal jatuh cinta pada A Ling. Syahdan ternyata memiliki cita-cita yang
tidak pernah terbayang oleh Laskar Pelangi lainnya yaitu menjadi aktor. Dengan
bekerja keras pada akhirnya dia menjadi aktor sungguhan meski hanya mendapatkan
peran kecil seperti tuyul atau jin... Setelah bosan, ia pergi dan kursus
komputer. Setelah itu ia berhasil menjadi network designer.
Kucai : Ketua kelas sepanjang
generasi sekolah Laskar Pelangi. Ia menderita rabun jauh karena kurang gizi dan
penglihatannya melenceng 20 derajat, sehingga jika ia menatap marah ke arah
Borek, maka akan terlihat ia sedang memperhatikan Trapani. Laki-laki ini sejak kecil
terlihat bisa menjadi politikus dan akhirnya diwujudkan ketika ia dewasa
menjadi ketua fraksi di DPRD Belitong.
Borek : Pria besar maniak otot.
Borek selalu menjaga citranya sebagai laki-laki macho. Ketika dewasa ia menjadi
kuli di toko milik A Kiong dan Sahara.
Trapani : Pria tampan yang pandai dan
baik hati ini sangat mencintai ibunya. Apapun yang ia lakukan harus selalu
didampingi ibunya, seperti misalnya ketika mereka akan tampil sebagai band yang
dikomando oleh Mahar, ia tidak mau tampil jika tak ditonton ibunya. Cowok yang
bercita-cita menjadi guru ini akhirnya berakhir di rumah sakit jiwa karena
ketergantungannya terhadap ibunya.
Harun : Pria yang memiliki
keterbelakangan mental ini memulai SD|sekolah dasar ketika ia berumur 10 tahun.
Laki-laki jenaka ini senantiasa bercerita tentang kucingnya yang berbelang tiga
dan melahirkan tiga anak yang masing-masing berbelang tiga pada tanggal tiga
kepada Sahara dan senang sekali menanyakan kapan libur lebaran pada Bu
Muslimah. Ia menyetor 3 buah botol kecap ketika disuruh mengumpulkan karya seni
kelas enam.
Tokoh-tokoh Lain
Bu Muslimah : Bernama lengkap N.A Muslimah Hafsari Hamid binti K.A.
Abdul Hamid. Dia adalah Ibunda Guru bagi Laskar Pelangi. Wanita lembut ini
adalah pengajar pertama Laskar Pelangi dan merupakan guru yang paling berharga
bagi mereka.
Pak Harfan : Nama lengkap K.A. Harfan Efendy Noor bin K.A. Fadillah
Zein Noor. Kepala sekolah dari sekolah Muhammadiyah. Ia adalah orang yang
sangat baik hati dan penyabar meski murid-murid awalnya takut melihatnya.
Flo : Bernama asli adalah Floriana, seorang anak tomboi yang berasal
dari keluarga kaya. Dia merupakan murid pindahan dari sekolah PN yang kaya dan
sekaligus tokoh terakhir yang muncul sebagai bagian dari laskar pelangi. Awal
pertama kali masuk sekolah, ia sempat membuat kekacauan dengan mengambil alih
tempat duduk Trapani sehingga Trapani yang malang terpaksa tergusur. Ia
melakukannya dengan alasan ingin duduk di sebelah Mahar dan tak mau didebat.
A Ling : Cinta pertama Ikal yang merupakan saudara sepupu A Kiong. A
Ling yang cantik dan tegas ini terpaksa berpisah dengan Ikal karena harus
menemani bibinya yang tinggal sendiri. gema
Produser
: Mira Lesmana
Sutradara : Riri Riza
Durasi
: 125 Menit
Sinopsis
film :
Laskar pelangi adalah salah satu film yang menurut
saya fenomenal dengan latar cerita setelah pertama Film dibuka sampai gambar
indah panorama Belitung,kesitidak karyawan tambang timah sampai narasi tokoh
utama,Haikal, yang menceritakan kilas balik perjalanan hidupnya.Sampai kemudian
gambar menunjukkan sebuah bangunan reyot dari kayu sampai papan nama hijau
bertuliskan "SD Muhammadiyah ".Disitulah cerita itu berpusat.Cerita
tentang kegigihan seorang lelaki tua-diperankan oleh Ikranegara-mempertahankan
keberadaan sebuah sekolah.Sebuah sekolah yang disebutnya menilai kecerdasan
anak tidak sampai angka-angka tapi sampai hati.Cerita tentang idealisme seorang
guru perempuan yang menolak tawaran - tawaran mengajar di tempat lain demi
keinginan untuk mengajari anak -anak miskin yang berada disekolah tersebut.
Hidup terkadang getir dan laskar pelangi adalah
kegetiran itu.Rumah kayu reyot sampai penerangan lampu minyak tanah,sepeda
rongsokan,isi rumah yang muram,sekolah yang hampir roboh dan anak-anak kumal
yang ke sekolah bertelanjang kaki.Dan kegetiran itu dihadapkan secara kontras
sampai kemakmuran mereka yang berada di dalam tembok PN Timah.Sekolah yang
lebih bagus dan lengkap fasilitasnya,anak-anak di dalam tembok yang bermain
sepatu roda.Sementara di balik kawat teralis anak-anak miskin hanya bisa
menyaksikan sampai menahan air liur untuk kemudian petugas keamanan akan
mengusirnya.
Kekontrasan itu kemudian disatukan dalam sebuah
adegan saat anak-anak SD Muhammadiyah harus mengikuti ujian di SD PN Timah.Kekontrasan
itu semakin menohok saat anak-anak kumal mesti berada dalam satu ruangan sampai
anak-anak SD PN Timah yang jauh lebih "bersih".Pandangan aneh yang
menyergap saat anak-anak kumal itu ke sekolah tanpa berseragam dan mengenakan
sandal,kekikukan yang tak mampu ditutupi di wajah Bu Guru Muslimah-diperankan
secara apik oleh Cut Mini Theo- dan pandangan meremehkan dari guru-guru
pengawas ujian. Ada sebuah nilai yang barangkali mesti kita petik, saat kita
lebih suka menilai orang dari apa yang dikenakannya. Saat kita menjadi minder
dan tidak percaya diri di saat berada dalam hal ini.
Ada sedikit catatan yang sebenarnya tidak terlalu
mengganggu.Saat film dimulai tulisan menyebutkan bahwa kejadian itu berlangsung
pada tahun 1974.Namun di tahun itu jalan-jalan Belitung sudah dilapis aspal
yang lumayan mulus.Saya masih ingat,bahkan sampai awal tahun 1980-an,jalan raya
dekat rumah yang merupakan akses ke wisata Pantai Parangtritis Yogyakarta,masih
penuh lubang dan berlumpur di waktu hujan.Kemudian ada foto Buya Hamka-ketua
MUI di masa Orde Baru- di samping foto KH Ahmad Dahlan di dinding
sekolah.Barangkali di tahun 1974 Buya Hamka belumlah setua itu.Satu lagi
problem tentang anak sekolah yang tidak mampu membeli sepatu,di tahun itu
rasanya memakai sepatu untuk anak SD belumlah sepenting di saat sekarang.
Namun film ini juga mengingatkan properti masa lalu
dan kemudian secara geli saya ikut mentertawakannya.Mahar,seorang anak yang
suka mendengarkan radio,berkali-kali menjemur baterai agar bisa dipergunakan
kembali.Di masa lalu baterai untuk radio memang tidak langsung dibuang saat
sudah habis tenaganya,melainkan dijemur untuk kemudian dipergunakan lagi bahkan
sampai baterai mengeluarkan cairan kekuning-kuningan.Kebiasaan Ayah Haikal
membersihkan kaca lampu tempel adalah kebiasaan masa kecil yang selalu saya
lakukan di sore hari.Haikal yang memakai pomade dan ibu saya membiasakan saya
untuk memakainya saat berangkat sekolah.Juga setrika jago yang memakai arang,di
mana saat setrika sudah sedemikian panas maka dilandasan setrika mesti ditaruh
di atas daun pasang segar agar panasnya setrika tersebut segera turun.
Secara keseluruhan film ini bertutur sampai
lancar.Gambar-gambar muram silih berganti sampai gambar-gambar terang dan
indah.Dukungan dari pemain-pemain Senior berkarakter menambah apik film
ini.Kredit poin patut diberikan kepada Cut Mini Theo yang mampu lebur dalam
watak yang diperankannya.Cut Mini Theo tampil sangat wajar sampai aksen Melayu
yang jauh dari kesan dibuat-buat.Film ini juga mampu merubah genre sebuah tontonan
yang biasanya berkisar pada horor dan tampilan "cling" dan kemewahan.
Namun kekhawatiran saya terbukti.Di tengah-tengah
film berlangsung saya tidak mampu menyembunyikan perasaan yang larut dalam
suasana film yang terbangun.Kalau toh kemudian mata saya berkaca-kaca,karena
kegetiran itu memang tidak mengenal batas dan tidak tahu akan berhenti di mana
dan berlaku untuk siapa.Sampai seorang anak pesisir miskin yang cerdas mesti
menjadi kepala rumah tangga dan bertenggung jawab membesarkan ketiga adiknya
karena ayahnya mengalami kecelakaan saat melaut.
Di Akhir penghujung cerita ini akan ada pendatang
baru yang membuat kelompok mereka bertambah jumlahnya menjadi 11 orang. Seorang
gadis tomboy dari keluarga kaya raya. Ayahnya adalah seorang berpendidikan tinggi
dan memiliki pengaruh pada suatu perusahaan milik BUMN di Pulau Belitong.
Sangat kontras bila membandingkannya dengan murid-murid Laskar Pelangi lainnya.
Dengan kedatangan pendatangan baru yang bernama Flo pada akhir cerita ini, alur
cerita semakin menarik dan petualangan kehidupan para Laskar Pelangi lebih
banyak melewati cobaan, rintangan, tantangan, dan pertentangan yang pada saat
melihatnya akan membuat kita selalu penasaran.
Resensi
film :
Laskar Pelangi adalah sebuah adaptasi dari fenomena
sastra berjudul sama tulisan Andrea Hirata. Dengan ekspetasi tinggi dari
penggemar novelnya dan sekumpulan pemain ternama yang menyesaki film ini,
Laskar Pelangi sudah menjadi hit sejak pertama dibuat.
Film ini berlokasi di Belitong, Sumatera dan dibuka dengan tokoh Ikal dewasa (Lukman Sardi) yang kembali ke tanah kelahirannya setelah merantau. Dia lalu flash back ke masa kecilnya dulu sewaktu masih SD di SD Muhammdiyah yang sederhana dengan 2 guru yang bersahaja, Bu Muslimah (Cut Mini) dan Pak Harfan (Ikranagara)
5 tahun berlalu dan film bercerita tentang anggota Laskar Pelangi yang sudah kelas 5, melalui sudut pandang Ikal kecil (Zulfani). Selain Ikal, ada juga tokoh Lintang (Ferdian) yang amat jenius dan Mahar (Verrys Yamarno) yang menunjukkan bakat seni luar biasa. Tokoh-tokoh yang lain adalah Akiong, Harun, Sahara, dan Kucai.
Keputusan penting sutradara Riri Riza dan produser Mira Lesmana yang memilih anak-anak asli Belitong sebagai pemain ternyata tepat. Mereka bisa menyelami karakter masing-masing walaupun tidak punya pengalaman akting sebelumnya. Memang, Riri dan Mira terkenal akan kemampuannya mengorbitkan bakat-bakat baru seperti yang terjadi pada Rachel Maryam.
Zulfani dan Ferdian menunjukkan penampilan yang luar biasa sebagai orang baru dalam dunia akting tanpa pengalaman. Kepolosan mereka terasa sangat natural, berbeda dengan bintang-bintang cilik lain yang sering mondar-mandir di layar TV kita. Anda pasti tanpa sadar tersenyum saat menyaksikan kisah cinta Ikal dengan seorang gadis Tionghoa yang ditemuinya di pasar, menunjukkan betapa naturalnya penampilan dia.
Inti dari film ini, secara emosional, sebenarnya Lintang.
Penonton langsung jatuh cinta sejak kemunculan pertama Ikal di layar. Sebagai anak termiskin dari sebuah komunitas miskin, gayanya yang terengah-engah menggenjot sepeda yang terlalu besar untuknya adalah sebuah scene tak terlupakan.
Sementara aktor veteran Ikranagara, memberikan penampilan memukai sebagai Pak Harfan. Dia sukses membawakan karakter guru senior yang bersemangat, baik hati, dan sanggup mengambil hati anak-anak asuhannya.
Skenarionya agak berbeda dibanding cerita di novel dengan penambahan beberapa karakter guru yang tidak dituliskan oleh Andrea. Sebuah hal yang wajar, tentu saja.
Memang ini film lawas keluaran 2008. Tapi tidak ada ruginya menonton Laskar Pelangi berkali-kali karena film ini memang "beda" dan berani melawan arus utama sinema Indonesia. Kami saja tertarik menulis resensinya sekarang.
Film ini berlokasi di Belitong, Sumatera dan dibuka dengan tokoh Ikal dewasa (Lukman Sardi) yang kembali ke tanah kelahirannya setelah merantau. Dia lalu flash back ke masa kecilnya dulu sewaktu masih SD di SD Muhammdiyah yang sederhana dengan 2 guru yang bersahaja, Bu Muslimah (Cut Mini) dan Pak Harfan (Ikranagara)
5 tahun berlalu dan film bercerita tentang anggota Laskar Pelangi yang sudah kelas 5, melalui sudut pandang Ikal kecil (Zulfani). Selain Ikal, ada juga tokoh Lintang (Ferdian) yang amat jenius dan Mahar (Verrys Yamarno) yang menunjukkan bakat seni luar biasa. Tokoh-tokoh yang lain adalah Akiong, Harun, Sahara, dan Kucai.
Keputusan penting sutradara Riri Riza dan produser Mira Lesmana yang memilih anak-anak asli Belitong sebagai pemain ternyata tepat. Mereka bisa menyelami karakter masing-masing walaupun tidak punya pengalaman akting sebelumnya. Memang, Riri dan Mira terkenal akan kemampuannya mengorbitkan bakat-bakat baru seperti yang terjadi pada Rachel Maryam.
Zulfani dan Ferdian menunjukkan penampilan yang luar biasa sebagai orang baru dalam dunia akting tanpa pengalaman. Kepolosan mereka terasa sangat natural, berbeda dengan bintang-bintang cilik lain yang sering mondar-mandir di layar TV kita. Anda pasti tanpa sadar tersenyum saat menyaksikan kisah cinta Ikal dengan seorang gadis Tionghoa yang ditemuinya di pasar, menunjukkan betapa naturalnya penampilan dia.
Inti dari film ini, secara emosional, sebenarnya Lintang.
Penonton langsung jatuh cinta sejak kemunculan pertama Ikal di layar. Sebagai anak termiskin dari sebuah komunitas miskin, gayanya yang terengah-engah menggenjot sepeda yang terlalu besar untuknya adalah sebuah scene tak terlupakan.
Sementara aktor veteran Ikranagara, memberikan penampilan memukai sebagai Pak Harfan. Dia sukses membawakan karakter guru senior yang bersemangat, baik hati, dan sanggup mengambil hati anak-anak asuhannya.
Skenarionya agak berbeda dibanding cerita di novel dengan penambahan beberapa karakter guru yang tidak dituliskan oleh Andrea. Sebuah hal yang wajar, tentu saja.
Memang ini film lawas keluaran 2008. Tapi tidak ada ruginya menonton Laskar Pelangi berkali-kali karena film ini memang "beda" dan berani melawan arus utama sinema Indonesia. Kami saja tertarik menulis resensinya sekarang.
Kelebihan
:
Menurut saya ini merupakan film yang sangat bagus yang diambil dari sebuah
novel cerita anak negeri di pulau terindah di Indonesia yaitu Pulau Belitung.
Film ini juga bisa mempromosikan pulau tersebut, bahwa negeri kita ini
mempunyai pulau yang sangat indah. Alur ceritanya juga bagus sangat natural dengan
kepolosan ke-10 anak Laskar Pelangi tersebut.
Kekurangan
: Untuk
kekurangan mengenai film ini menurut saya tidak ada. Namun bila kita membaca
novelnya, memang banyak adegan yang tidak ditayangkan di film ini.
Pandangan
:
Saya sangat mengharapkan ada lebih banyak film-film seperti Laskar Pelangi ini.
Karena film-film seperti ini akan meningkatkan moral anak-anak bangsa kita
bahwa kita itu BISA jika mau BERJUANG tanpa ada kata MENYERAH.